Judul Film | : |
Sang Pencerah |
Sutradara | : |
Hanung Bramantyo |
Produser | : |
Raam Punjabi |
Pemeran_utama | : |
Lukman Sardi, Yati Surachman, Slamet Rahardjo, Muhammad Ihsan Tarore, Zaskia Adya Mecca,
|
Pemeran_pembantu | : |
Sujiwo Tejo, Dennis Adhiswara, Agus Kuncor, Giring Ganesha, Ikranagara
|
Keterangan | : |
Tanggal rilis
8 September 2010
|
Deskripsi_fisik | : |
Film berwarna; durasi 120 menit |
Media | : |
Seluloid |
Subjek | : |
Drama sejarah |
Bahasa | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Penulis_skenario | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Penulis_cerita | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Penata_artistik | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Penata_suara | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Penata_musik | : |
Tya Subiakto Satrio |
Penata_foto | : |
Faozan Rizal |
Penyunting | : |
Wawan I. Wibowo |
Soundtrack | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Judul_lain | : |
[ Tidak dicantumkan ] |
Catatan | : |
Sebagai sutradara, Hanung juga dituntut untuk menghidupkan atmosfer
dan lanskap Yogyakarta pada akhir 1800-an. Selain dilakukan di
Yogyakarta, syuting digelar di Musium Kereta Api Ambarawa dan kompleks Kebun Raya Bogor
yang disulap menjadi Jalan Malioboro lengkap dengan Tugu Yogyakarta
pada zaman itu. Hanung juga mengembalikan dan mereka ulang bangunan
Masjid Besar Kauman, Kota Gede, Bintaran, dan wilayah keraton seratus
tahun silam dengan bangunan set lokasi serealistis mungkin. Di beberapa
adegan, misalnya saat Dahlan beribadah haji, Hanung juga menggunakan
potongan film dokumenter lama koleksi Perpustakaan Nasional.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan film ini lumayan besar, sekitar
Rp 12 miliar. Selain itu, biaya besar dibutuhkan untuk kostum pemain.
Misalnya, pakaian batik yang dikenakan pemain mesti sesuai dengan batik pada 1900. Jarik
atau kain panjang sengaja didesain khusus untuk film Sang Pencerah
sesuai dengan motif yang memang dikenal pada 1900-an; termasuk
perlengkapan sorban yang sengaja dibuat sendiri untuk keperluan syuting
|
Sumber | : |
Http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pencerah
|